#mentalpengemis #mental #pengemis
Di tahun pertama perkawinan anak laki2nya.
Ibu: “Terima
kasih ya Ananda kuenya untuk lebaran. Mama ga bikin kue karena papa kan lagi
sakit.”
Di tahun ke dua perkawinan.
Suami: “Mama minta kue lebaran tuh. Ga bikin soalnya.”
Di tahun keempat perkawinan.
Istri:
“Uangmu yang kasih ke aku, buat modal dagang tahu aja. Kan sudah ada jalan.
Tinggal ambil tahu di pabriknya, pergi ke pasar. Jual lah tahu-tahu itu di
pasar dari pada tidak ada penghasilan karena perusahaan kamu sudah tutup.”
Suami: “Aku mau ke base camp dari kantor yang lama dulu. Mau
minta THR.”
Istri: “Modal untuk tahu tidak dipergunakan untuk jualan
tahu?”
Suami: No comment.
Istri:
“Berhentilah mengemis. Berhenti meminta-minta. Karena meminta itu hina. Tidak
mulia. Lebih baik kamu dapatkan uang dari hasil keringat sendiri walaupun
sedikit. Lebih baik dagang tahu yang sudah jelas di depan mata. Halal. Yang
diperlukan adalah keuletan dan kerja keras. Buang gengsi. Sekali kamu pegang
teguh gengsi itu, “mati” lah kamu karena gengsi tidak bisa membantumu untuk
tetap hidup dan bertahan. Apalagi sebagai kepala keluarga, kewajibanmu
menafkahi dan juga memberikan tempat tinggal yang layak untuk keluarga.”
gambar diambil dari slideshare.net
Kita lihat kawan. Pendidikan hidup dimulai dari keluarga.
Jika ibu mengajarkan selalu meminta maka anak akan hobi meminta juga. Dan itu
sangat hina. Nabipun mengajarkan bahwa memberi lebih baik dari meminta.
Maka hai para ibu dan ayah, ajarkan anak-anakmu perilaku
yang baik, yang mulia. Ajarkan bahwa memberi lebih baik dari pada meminta.
Ajarkanlah bahwa hidup harus diperjuangkan melalui kerja keras. Ajarkan bahwa
rezeki tidak sekejap datang dari langit yang langsung ada di hadapannya.
Ajarkan untuk menjemput rezeki. Walau rezeki sudah ditentukan oleh Sang Maha
Kuasa, tapi kita sebagai manusia wajib menjemputnya dengan cara kita yang baik.
No comments:
Post a Comment