Powered By Blogger

Wednesday, July 01, 2009

Jama’ah Yuukkk …

“Hayo buru Magriban, mo’ pulang gak?”

“Iya, nih …”

“Imam, Bu!”

“Kok gue sihhh???”

“Lah, situ kan yang paling tua di antara kita semua.”

“Ya, tapi gue kasih kesempatan dah buat yang muda.”

“Bu, di mana-mana prioritas yang jadi imam tuh umur tua. Lagian sapa suruh, jadi tua duluan?”

“Huehehehee …. “

“Emansipasi generasi muda, dong!”

“Lo aja kalo gitu?”

“Gak ah. Tuh, si Melani aja.”

“Gak mau!”

“Ya udah, tunggu si Dewi kalo gitu.”

“Yah, kelamaan kaleee …”

“Hayo, sok, lo aja Mut.”

“Ogah, ah!”

“Ya udah, lo iqomah aja.”

“Gak mau.”

“Iqomah gak mau, Imam gak mau …”

“Nah, lo aja kalo gitu …”

“Gue gak pantes.”

“Dia aja.”

“Gue gak pede, gak bisa. Jadi makmum ajah.”

“Yeee … buru, buru … Pada mo’ nginep neh di kantor ceritanya? Maen lempar-lemparan …”

“Nah, tuh si ‘Mamih’ dah maju. Yo’, Mut, qomat gih.”

“Gak ah! Mending gw geser neh posisinya.”

“Ya udah, gw aja yang qomat.”

Dan, akhirnya jadilah kami berjama’ah.

Begitulah cerita yang umum terjadi di kalangan kaum hawa begitu berkumpul bersama secara tidak sengaja dalam suatu kantor untuk, ceritanya sholat masing-masing. Namun, begitu ada suara untuk berjama’ah, maka terciptalah dialog seru di atas di antara semua anggota yang hadir.

Berbeda dengan kaum adam yang memang tidak akan seberisik itu kala waktunya berjama’ah. Mereka dengan tenang akan mempersilahkan yang lebih tua atau yang lebih cakap dalam hal sholat dengan memberikan isyarat melalui tangan untuk mempersilahkan.

Namun, di acara ramainya itulah karakter wanita terlihat dengan sesungguhnya. Bawel, berisik, tidak pede-an untuk tunjuk-tunjukkan menjadi imam. Agama dan lingkungan membentuk pribadi kaum hawa menjadi seperti itu. Agama memang tidak memperbolehkan wanita menjadi imam kala pria ada di sana. Lingkungan Asia (budaya) memperdaya wanita untuk tidak berkehendak ‘maju’ ke depan. Agama adalah prinsip yang memang harus diikuti aturannya. Namun, lingkungan bisa kita ubah dengan cara pandang kita dan fikiran dan tindakan yang positif.

Kala pria tidak ada, agama tidak mengharamkan menjadi imam wanita di antara sesama wanita. Dan untuk lingkungan, mari kita ciptakan budaya ‘maju’ yang sebenarnya telah kita gongkan sejak lama, emansipasi wanita. Wanita selalu meributkan hal emansipasi. Tetapi, begitu waktunya tiba untuk unjuk gigi, kenapa harus disia-siakan kesempatan itu? Mulailah mendominasi ‘akar’ emansipasi, agar kelak praktek terbukti, bukan sekedar gembar-gembor belaka.

Tidak hanya ada pilot wanita, pengendara bus way wanita, IT wanita, Ahli Geologi wanita, ABRI wanita, tapi jadilah juga imam wanita dalam komunitasnya. Analogikanya adalah wanita yang menjadi single parent bagi keluarganya. Iapun adalah imam bagi anak-anaknya.

Maka, berhimpit-himpitanlah kami berenam dalam jama’ah di ruangan mushollah 1.3x2.5 meter.

Semoga Allah mendengar dan mengabulkan do’a-do’a kami. Amien …

*b1n

10.04.07

No comments: